Welcome Myspace Comments

Selasa, 14 Februari 2012

memahami arti dari kehidupan

Hidup di dunia ini hanya sekali
dan dunia adalah tempat
menyiapkan bekal
ketika kita Tak bersiap-siap di
dunia
maka kerugian akan menimpa
kita diakhirat
Hidup di dunia ini hanya sesaat
Layaknya pengembara yang
beristirahat
di bawah sebuah pohon yang
rindang
Lalu, melanjutkan
perjalanannya yang jauh
Begitulah Nabi kita
mengibaratkan hidup ini
Tak lebih hanya seperti sebuah
tempat peristirahatan.
Mari kita sama-sama meraih
cinta dan kasih-Nya
niscaya ketenteraman
menemani hidup kita
Betapa banyak orang
bergelimang harta namun
hampa hidupnya
karena mereka telah larut dan
terbuai dengan cinta dunia
Sahabat.....
Jika kehidupan yang kita lalui
hanya sebatas
Bangun, mandi, bekerja,tidur
dan makan
mungkin kita tidak hampir
sama seperti hewan
yang hanya puas dengan bisa
bernapas & makan
Bedanya kita memiliki akal dan
fikiran untuk mewujudkan
impian
Sahabat....
Memang itu adalah kehidupan
tetapi bukan kehidupan dalam
arti yang luas
setiap Manusia memiliki
perbedaan dalam menjalankan
kehidupan.
Kehidupan yang baik bukan
hanya sekedar rutinitas harian
kita belaka
Sahabat...
Kehidupan adalah kesempatan
untuk kita
mencurahkan potensi diri kita
untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan
untuk kita
berbagi suka dan duka dengan
orang yang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan
untuk kita
bisa bergaul dengan baik &
mengenal orang lain
Sahabat....
Kehidupan adalah kesempatan
untuk kita
mencintai pasangan kita, orang
tua kita
saudara, serta mengasihi
sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan
untuk kita
belajar dan terus belajar
tentang arti kehidupan
Kehidupan adalah kesempatan
untuk kita
selalu mengucap syukur
kepada Yang Maha Kuasa ..
Kehidupan adalah ... dll.
Sahabat....
Begitu banyak Kehidupan yang
bisa kita jalani
Berapa tahun kita telah
melalui kehidupan ini ?
Berapa tahun kita telah
menjalani
kehidupan hanya sebuah
rutinitas ?
Akankah sisa waktu kita
sebelum maut menjemput
hanya kita korbankan untuk
sebuah rutinitas belaka ?
Sahabat....
Kita tidak tahu kapan kita akan
meninggalkan dunia
Mungkin 5 tahun lagi, mungkin
1tahun lagi, mungkin sebulan
lagi,
mungkin besok, atau mungkin
1 menit lagi.
Hanya Tuhanlah yang tahu...
Pandanglah di sekeliling kita
ada segelintir orang yang
membutuhkan kita.
Mereka menanti kehadiran kita
Mereka menanti dukungan
kita.
Orang tua,saudara, pasangan,
anak, sahabat dan sesama......
Serta Tuhan yang setia
menanti ucapan syukur dari
bibir kita.
Bersyukurlah padaNYA setiap
saat
bahwa kita masih dipercayakan
untuk menjalani kehidupan ini.
Buatlah hidup ini menjadi suatu
yg bermanfaat bagi kita
nantinya.

Senin, 13 Februari 2012

saat kenyataan tak seperti impian

Banyak orang yang merasa
frustasi karena kenyataan
mereka tidak sesuai dengan
apa yang mereka impian
Sebagai contoh, ada seorang
anak yang ingin kuliah di
Universitas A
tapi nyatanya biaya tidak
mencukupi. atau otaknya yang
nggak nyampai
Atau, mereka yg merantau ke
kota besar, bermimpi ingin
mendapatkan
pekerjaan berkelas nasional
bahkan internasional, tapi yang
didapatkan
hanyalah pekerjaan biasa-biasa
saja & apa adanya.
Ada juga seorang pengusaha,
yg mungkin mengharapkan
kenaikan profit 10 kali, malah
mengalami kebangkrutan
Apa yang kita harapkan,
kadang memang tidak sesuai
dengan kenyataan.
Lalu apayang harus kita
lakukan?
Ada juga yang mencoba
melempar manggis,
manggis dilempar mangga
yang tepar,
ada lagi juga yang melamar
gadis,
gadis dilamar, janda didapat.
(lho, didi kempot?)
Berikut adalah 3 langkah hebat
atau tips yang bisa anda
lakukan
saat mimpi tidak sesuai dengan
kenyataan:
Langah 1. Bertindaklah selalu
secara fleksibel dan dinamis
Jika kamu ingin menggapai
kesuksesan,
maka yang diperlukan adalah
*kesiapan*
untuk bisa bertindak secara
fleksible dan dinamis terhadap
setiap perubahan yang terjadi.
Analogi sederhana:
Saat ada badai atau angin
topan yang besar,
tidak jarang kita melihat
pohon2 besar tumbang!
Sebab pohon2 itu tidak kuat
menahan beban yang diterima.
Namun coba lihatlah bambu,!
Karena batangnya yang lentur
maka bambu bisa fleksibel
bergerak ke segala arah,
bergoyang saja saat ditiup
angin dan jarang tumbang!
Begitu pun dengan kita! Jika
kita
bertindak dan berpikir dinamis
dan juga fleksibel,
maka kita akan lebih tahan
dalam menghadapi tantangan
dan perubahan serta masalah
yang datang.
Langkah 2. Berpikirlah bahwa
INILAH yang terbaik untuk kita!
Saat kenyataan tidak sesuai
dengan impian,
percayalah bahwa inilah yang
terbaik untuk kita.
Kita tidak pernah tahu
skenario yang telah
ditetapkan-Nya.
Karena, segala sesuatu yang
menurut logika kita baik,
boleh jadi justru sebaliknya di
mata tuhan tidak baik
Berpikirlah selalu positif atas
apapun yang terjadi pada
dirimu.
Jangan biarkan satu kegagalan
membuat kamu kecewa,
apalagi frustasi berlarut-larut
lalu bunuh diri, Oh tidak.!
(Backsound: krispatih-
mengenangmu)
Sahabat, Katakan didepan
Cermin!!!
“Sudahlah, kamu tdk perlu
kecewa,
Tuhan akan menggantinya
dengan YANG LEBIH BAIK!
Tuhan tau kamu orang yg baik
& bijaksana.
Hidupmu penuh dengan
kelimpahan,
dan kamu memang dilahirkan
utk selalu jadi pemenang!”
Ini adalah ’afirmasi‘.
Afirmasi adalah kata-kata
positif
yang diucapkan berulang-ulang
& diyakini untuk membentuk
citra postif
untuk mengurangi sikap-sikap
negatif yang ada dalam diri
kita.
Kata-kata afirmasi ini bisa kita
buat/rancang sendiri,
dan lalu bisa diucapkan secara
verbal atau dalam hati.
Menurut ahli Hynotherapy,
afirmasi itu akan ‘terekam’
oleh alam bawah sadar kita
heheheh
Dan jika terus-menerus
diucapkan & dengan penuh
keyakinan,
maka kita SEDANG atau AKAN
menjadi seperti itu adanya,
yang kita ucapkan! Dengan
kata lain, afirmasi itu sama
seperti DO’A.
Meski saat ini apa yang kita
harapkan
belum sesuai dengan impian,
namun kita harus….
3. Tetap Siapkan MENTAL PEMENANG!
Saat kita mengalami
kegagalan,
Lebih baik instropeksi diri
daripada menyalahkan takdir.
Siapa tahu, kita memang
belum siap jadi pemenang! :-)
Bisa jadi kesuksesan hanya
akan membuat kita menjadi
sombong,
dan karena saking sayangnya
Tuhan kepada kita, Ia tidak
mau hamba-Nya berbuat
dosa. :-)
Saudaraku yang zupper,
(gayanya om Mario)
setiap kemenangan itu lebih
baik dirintis
dari setiap peluh kita! Akan
lebih baik
jika kemenangan itu kita
dapatkan setahap demi
setahap.
Banyak orang sukses, tapi
kemudian mereka terjatuh,
ada yang kepleset ditangga,
atau ada yang gara-gara
mabuk terus ngira jendela
lantai 10 adalah pintu. Ada yang
bangkit lagi, ada yang tidak,
ada yang mati (bunuh diri).
Liku hidup setiap manusia
memang tidak sama.
Tapi ingat, kalau perlu catat,!
kesempatan untuk menang itu
selalu terbuka bagi siapa saja,
tanpa terkecuali!
Rejeki dan kemenangan itu
sungguh tidak terkira
banyaknya dari Tuhan, masih
banyak yang menggantung di
langit! :-)
Sekarang tinggal bagaimana
caranya?! Apakah mau
meraihnya?
atau mengharapkan turun
dengan sendirinya?
atau memandangi indahnya di
langit?
Jangan pernah memilih yang
kedua dan ke tiga :-)
Kita semua tahu bahwa yang
namanya kemenangan
bukan milik mereka yang
pintar, namun seringkali
dimiliki oleh mereka yang… tdk pernah
berhenti berusaha! dan tidak
pernah putus asa :D

RENUNGAN UNTUK SUAMI YANG ISTRINYA NGOMEL-NGOMEL

Adakah istri yang tidak
cerewet? Sulit
menemukannya. Bahkan istri
Khalifah sekaliber Umar bin
Khatab pun cerewet.
Seorang laki-laki berjalan
tergesa-gesa. Menuju
kediaman khalifah Umar bin
Khatab. Ia ingin mengadu
pada khalifah; tak tahan
dengan kecerewetan istrinya.
Begitu sampai di depan rumah
khalifah, laki-laki itu tertegun.
Dari dalam rumah terdengar
istri Umar sedang ngomel,
marah-marah. Cerewetnya
melebihi istri yang akan
diadukannya pada Umar. Tapi,
tak sepatah katapun
terdengar keluhan dari mulut
khalifah. Umar diam saja,
mendengarkan istrinya yang
sedang gundah. Akhirnya
lelaki itu mengurungkan
niatnya, batal melaporkan
istrinya pada Umar.
Apa yang membuat seorang
Umar bin Khatab yang
disegani kawan maupun
lawan, berdiam diri saat
istrinya ngomel? Mengapa ia
hanya mendengarkan,
padahal di luar sana, ia selalu
tegas pada siapapun?
Umar berdiam diri karena
ingat 5 hal. Istrinya berperan
sebagai BP4. Apakah BP4
tersebut?
1. Benteng Penjaga Api
Neraka
Kelemahan laki-laki ada di
mata. Jika ia tak bisa
menundukkan pandangannya,
niscaya panah-panah setan
berlesatan dari matanya,
membidik tubuh-tubuh elok di
sekitarnya. Panah yang
tertancap membuat darah
mendesir, bergolak,
membangkitkan raksasa
dalam dirinya. Sang raksasa
dapat melakukan apapun
demi terpuasnya satu hal;
syahwat.
Adalah sang istri yang selalu
berada di sisi, menjadi ladang
bagi laki-laki untuk menyemai
benih, menuai buah di
kemudian hari. Adalah istri
tempat ia mengalirkan berjuta
gelora. Biar lepas dan bukan
azab yang kelak diterimanya
Ia malah mendapatkan dua
kenikmatan: dunia dan
akhirat.
Maka, ketika Umar terpikat
pada liukan penari yang
datang dari kobaran api, ia
akan ingat pada istri, pada
penyelamat yang
melindunginya dari liukan
indah namun membakar.
Bukankah sang istri dapat
menari, bernyanyi dengan
liuka yang sama, lebih indah
malah. Membawanya ke langit
biru. Melambungkan raga
hingga langit ketujuh. Lebih
dari itu istri yang salihah
selalu menjadi
penyemangatnya dalam
mencari nafkah.
2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami
bekerja. Berpeluh. Terkadang
sampai mejelang malam.
Mengumpulkan harta. Setiap
hari selalu begitu. Ia
pengumpul dan terkadang tak
begitu peduli dengan apa yang
dikumpulkannya.
Mendapatkan uang, beli ini
beli itu. Untunglah ada istri
yang selalu menjaga,
memelihara. Agar harta
diperoleh dengan keringat, air
mata, bahkan darah tak
menguap sia-sia Ada istri yang
siap menjadi pemelihara
selama 24 jam, tanpa bayaran.
Jika suami menggaji seseorang
untuk menjaga hartanya 24
jam, dengan penuh cinta,
kasih sayang, dan rasa
memiliki yang tinggi, siapa
yang sudi? Berapa pula ia mau
dibayar. Niscaya sulit
menemukan pemelihara
rumah yang lebih telaten
daripada istrinya. Umar ingat
betul akan hal itu. Maka tak
ada salahnya ia
mendengarkan omelan istri,
karena (mungkin) ia lelah
menjaga harta-harta sang
suami yang semakin hari
semakin membebani.
3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa
menjaga penampilan. Kulit
legam tapi berpakaian warna
gelap. Tubuh tambun malah
suka baju bermotif besar.
Atasan dan bawahan sering
tak sepadan. Untunglah suami
punya penata busana yang
setiap pagi menyiapkan
pakaianannya, memilihkan
apa yang pantas untuknya,
menjahitkan sendiri di waktu
luang, menisik bila ada yang
sobek. Suami yang tampil
menawan adalah wujud
ketelatenan istri. Tak
mengapa mendengarnya
berkeluh kesah atas
kecakapannya itu
4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di
ladang istri. Benih tumbuh,
mekar. Sembilan bulan istri
bersusah payah merawat
benih hingga lahir tunas yang
menggembirakan. Tak
berhenti sampai di situ. Istri
juga merawat tunas agar
tumbuh besar. Kokoh dan
kuat. Jika ada yang salah
dengan pertumbuhan sang
tunas, pastilah istri yang
disalahkan. Bila tunas
membanggakan lebih dulu
suami maju ke depan,
mengaku, ?akulah yang
membuatnya begitu.? Baik
buruknya sang tunas beberapa
tahun ke depan tak lepas dari
sentuhan tangannya. Umar
paham benar akan hal itu.
5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul
lelah di badan. Energi
terkuras, beraktivitas di
seharian. Ia butuh asupan
untuk mengembalikan energi.
Di meja makan suami Cuma
tahu ada hidangan: ayam
panggang kecap, sayur asam,
sambal terasi danlalapan. Tak
terpikir olehnya harga ayam
melambung; tadi bagi istrinya
sempat berdebat, menawar,
harga melebihi anggaran. Tak
perlu suami memotong
sayuran, mengulek bumbu,
dan memilah-milih cabai dan
bawang. Tak pusing ia
memikirkan berapa takaran
bumbu agar rasa pas di lidah.
Yang suami tahu hanya
makan. Itupun terkadang
dengan jumlah berlebihan;
menyisakan sedikit saja untuk
istri si juru masak. Tanpa
perhitungan istri selalu
menjadi koki terbaik untuk
suami. Mencatat dalam
memori makanan apa yang
disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran
ini, Umar kerap diam setiap
istrinya ngomel. Mungkin dia
capek, mungkin dia jenuh
dengan segala beban rumah
tangga di pundaknya. Istri
telah berusaha
membentenginya dari api
neraka, memelihara hartanya,
menjaga penampilannya,
mengasuh anak-anak,
menyediakan hidangan
untuknya. Untuk segala
kemurahan hati sang istri, tak
mengapa ia mendengarkan
keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat
kebaikan-kebaikan istri untuk
menutupi segala cela dan
kekurangannya. Bila istri
sudah puas menumpahkan
kata-katanya, barulah ia
menasehati, dengan cara yang
baik, dengan bercanda.
Hingga tak terhindar
pertumpahan ludah dan caci
maki tak terpuji.
Akankah suami-suami masa
kini dapat mencontoh perilaku
Umar ini. Ia tak hanya berhasil
memimpin negara tapi juga
menjadi imam idaman bagi
keluarganya.

CINTAI IBUMU SEBELUM IA TIADA

Pada malam itu, Ana
bertengkar dengan
ibunya.Karena sangat marah,
Ana segera meninggalkan
rumah tanpa membawa
apapun. Saat berjalan di suatu
jalan, ia baru menyadari
bahwa ia sama sekali tidak
membawa uang.
Saat menyusuri sebuah jalan,
ia melewati sebuah kedai
bakmi dan ia mencium
harumnya aroma masakan. Ia
ingin sekali memesan
semangkuk bakmi, tetapi ia
tidak mempunyai uang.
Pemilik kedai melihat Ana
berdiri cukup lama di depan
kedainya, lalu berkata:
“ Nona, apakah engkau ingin
memesan semangkuk bakmi?”
“Ya, tetapi, aku tidak
membawa uang” jawab Ana
dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan
mentraktirmu” jawab si
pemilik kedai. “Silakan duduk,
aku akan memasakkan bakmi
untukmu ”.
Tidak lama kemudian, pemilik
kedai itu mengantarkan
semangkuk bakmi. Ana segera
makan beberapa suap,
kemudian air matanya mulai
berlinang.
“Ada apa nona?” tanya si
pemilik kedai.
“Tidak apa-apa” aku hanya
terharu jawab Ana sambil
mengeringkan air matanya.
“Bahkan, seorang yang baru
kukenal pun memberi aku
semangkuk bakmi ! Tetapi…
ibuku sendiri, setelah
bertengkar denganku,
mengusirku dari rumah dan
mengatakan kepadaku agar
jangan kembali lagi. Kau,
seorang yang baru kukenal,
tetapi begitu peduli denganku
dibandingkan dengan ibu
kandungku sendiri ” katanya
kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai itu setelah
mendengar perkataan Ana,
menarik nafas panjang lalu
berkata:
“Nona, mengapa kau berpikir
seperti itu? Renungkanlah hal
ini, aku hanya memberimu
semangkuk bakmi dan kau
begitu terharu. Ibumu telah
memasak bakmi dan nasi
untukmu saat kau kecil
sampai saat ini, mengapa kau
tidak berterima kasih
kepadanya? Dan kau malah
bertengkar dengannya. ”
Ana terhenyak mendengar hal
tsb.
“Mengapa aku tidak berpikir
tentang hal itu? Untuk
semangkuk bakmi dari orang
yang baru kukenal , aku
begitu berterima kasih. Tetapi
kepada ibuku yg memasak
untukku selama bertahun-
tahun, aku bahkan tidak
memperlihatkan kepedulianku
kepadanya. Dan hanya karena
persoalan sepele, aku
bertengkar dengannya.
Ana segera menghabiskan
bakminya, lalu ia menguatkan
dirinya untuk segera pulang
ke rumahnya. Saat berjalan ke
rumah, ia memikirkan kata-
kata yg harus diucapkan
kepada ibunya.
Begitu sampai di ambang pintu
rumah, ia melihat ibunya
berwajah letih dan cemas.
Ketika bertemu dengan Ana,
kalimat pertama yang keluar
dari mulutnya adalah
“Ana, kau sudah pulang.
Cepat masuklah, Ibu telah
menyiapkan makan malam.
Makanlah dahulu sebelum kau
tidur. Makanan akan dingin
jika kau tidak memakannya
sekarang ”
Pada saat itu Ana tidak dapat
menahan tangisnya. Ia pun
menangis di pelukan ibunya.
Sekali waktu, kita mungkin
akan sangat berterima kasih
kepada orang lain di sekitar
kita untuk suatu pertolongan
kecil yang diberikan kepada
kita. Tetapi kepada orang
yang s angat dekat dengan
kita, khususnya orang tua
kita, kita harus ingat bahwa
kita berterima kasih kepada
mereka seumur hidup kita.

NIAT KARNA ALLAH

Dari Amirul mu'minin Abu Hafs yaitu Umar bin Al-khaththab bin Nufail bin Abdul 'Uzza
bin Riah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin 'Adi bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib al-Qurasyi
al-'Adawi r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Hanyasanya semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan hanyasanya bagi
setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya itu kepada Allah
dan RasulNya, maka hijrahnya itupun kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya
itu untuk harta dunia yang hendak diperolehinya, ataupun untuk seorang wanita yang hendak
dikawininya, maka hijrahnyapun kepada sesuatu yang dimaksud dalam hijrahnya itu."
(Muttafaq (disepakati) atas keshahihannya Hadis ini)
Diriwayatkan oleh dua orang imam ahli Hadis yaitu Abu Abdillah Muhammad bin
Ismail bin Ibrahim bin Almughirah bin Bardizbah Alju'fi Albukhari, - lazim disingkat dengan
Bukhari saja -dan Abulhusain Muslim bin Alhajjaj bin Muslim Alqusyairi Annaisaburi, -
lazim disingkat dengan Muslim saja - radhiallahu 'anhuma dalam kedua kitab masingmasing
yang keduanya itu adalah seshahih-shahihnya kitab Hadis yang dikarangkan.
Keterangan:
Hadis di atas adalah berhubungan erat dengan persoalan niat. Rasulullah s.a.w.
menyabdakannya itu ialah kerana di antara para sahabat Nabi s.a.w. sewaktu mengikuti
untuk berhijrah dari Makkah ke Madinah, semata-mata sebab terpikat oleh seorang wanita
yakni Ummu Qais. Beliau s.a.w. mengetahui maksud orang itu, lalu bersabda sebagaimana di
atas.
Oleh kerana orang itu memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan maksud
yang terkandung dalam hatinya, meskipun sedemikian itu boleh saja, tetapi sebenarnya tidak
patut sekali sebab saat itu sedang dalam suasana yang amat genting dan rumit, maka
ditegurlah secara terang-terangan oleh Rasulullah s.a.w.
Bayangkanlah, betapa anehnya orang yang berhijrah dengan tujuan memburu wanita
yang ingin dikawin, sedang sahabat beliau s.a.w. yang lain-lain dengan tujuan
menghindarkan diri dari amarah kaum kafir dan musyrik yang masih tetap berkuasa di
Makkah, hanya untuk kepentingan penyebaran agama dan keluhuran Kalimatullah.
Bukankah tingkah-laku manusia sedemikian itu tidak patut sama-sekali.
Jadi oleh sebab niatnya sudah keliru, maka pahala hijrahnyapun kosong. Lain sekali
dengan sahabat-sahabat beliau s.a.w. yang dengan keikhlasan hati bersusah payah
menempuh jarak yang demikian jauhnya untuk menyelamatkan keyakinan kalbunya,
pahalanyapun besar sekali kerana hijrahnya memang dimaksudkan untuk mengharapkan Saidina Umar bin Khaththab r.a. itu adalah seorang khalifah dari golongan Rasyidin yang pertama kali
menggunakan sebutan Amirul mu'minin pemimpin sekalian kaum mu'minin. Beliau adalah khalifah kedua
sepeninggal Rasulullah s.a.w. Panggilan Amirul mu'minin itu lalu dicontoh dan diteruskan oleh khalifah Usman
dan Ali radhiallahu 'anhuma, juga oleh para khalifah Bani Umayyah, Bani Abbas dan selanjutnya. Jadi di zaman
khalifah Abu Bakar sebutan di atas belum digunakan. Adapun Abu Hafs itu adalah gelar kehormatan bagi
Sayidina Umar r.a. Abu artinya bapak, sedang hafs artinya singa. Beliau r.a. memperoleh gelar Bapak Singa,
sebab memang terkenal berani dalam segala hal, seperti dalam menghadapi musuh di medan perang, dalam
menegakkan keadilan di antara seluruh rakyatnya dan tanpa pandang bulu dalam meneterapkan hukuman
kepada siapapun. Ringkasnya yang salah pasti ditindak dengan keras, sedang yang teraniaya dibela dan
dilindungi keridhaan Allah dan RasulNya. Sekalipun datangnya Hadis itu mula-mula tertuju pada
manusia yang salah niatnya ketika ia mengikuti hijrah, tetapi sifatnya adalah umum. Para
imam mujtahidin berpendapat bahwa sesuatu amal itu dapat sah dan diterima serta dapat
dianggap sempurna apabila disertai niat. Niat itu ialah sengaja yang disembunyikan dalam
hati, ialah seperti ketika mengambil air sembahyang atau wudhu', mandi shalat dan lain-lain
sebagainya.
Perlu pula kita maklumi bahwa barangsiapa berniat mengerjakan suatu amalan yang
bersangkutan dengan ketaatan kepada Allah ia mendapatkan pahala. Demikian pula jikalau
seseorang itu berniat hendak melakukan sesuatu yang baik, tetapi tidak jadi dilakukan, maka
dalam hal ini orang itupun tetap juga menerima pahala. Ini berdasarkan Hadis yang berbunyi:
"Niat seseorang itu lebih baik daripada amalannya."
Maksudnya: Berniatkan sesuatu yang tidak jadi dilakukan sebab adanya halangan yang
tidak dapat dihindarkan itu adalah lebih baik daripada sesuatu kelakuan yang benar-benar
dilaksanakan, tetapi tanpa disertai niat apa-apa.
Hanya saja dalam menetapkan wajibnya niat atau tidaknya,agar amalan itu menjadi
sah, maka ada perselisihan pendapat para imam mujtahidin. Imam-imam Syafi'i,Maliki dan
Hanbali mewaibkan niat itu dalam segala amalan, baik yang berupa wasilah yakni
perantaraan seperti wudhu', tayammum dan mandi wajib, atau dalam amalan yang berupa
maqshad (tujuan) seperti shalat, puasa, zakat, haji dan umrah. Tetapi imam Hanafi hanya
mewajibkan adanya niat itu dalam amalan yang berupa maqshad atau tujuan saja sedang
dalam amalan yang berupa wasilah atau perantaraan tidak diwajibkan dan sudah dianggap
sah.
Adapun dalam amalan yang berdiri sendiri, maka semua imam mujtahidin
sependapat tidak perlunya niat itu, misalnya dalam membaca al-Quran, menghilangkan najis
dan lain-lain.
Selanjutnya dalam amalan yang hukumnya mubah atau jawaz (yakni yang boleh
dilakukan dan boleh pula tidak), seperti makan-minum, maka jika disertai niat agar kuat
beribadat serta bertaqwa kepada Allah atau agar kuat bekerja untuk bekal dalam melakukan
ibadat bagi dirinya sendiri dan keluarganya, tentulah amalan tersebut mendapat pahala,
sedangkan kalau tidak disertai niat apa-apa, misalnya hanya supaya kenyang saja, maka
kosonglah pahalanya.
keridhaan Allah dan RasulNya. Sekalipun datangnya Hadis itu mula-mula tertuju pada
manusia yang salah niatnya ketika ia mengikuti hijrah, tetapi sifatnya adalah umum. Para
imam mujtahidin berpendapat bahwa sesuatu amal itu dapat sah dan diterima serta dapat
dianggap sempurna apabila disertai niat. Niat itu ialah sengaja yang disembunyikan dalam
hati, ialah seperti ketika mengambil air sembahyang atau wudhu', mandi shalat dan lain-lain
sebagainya.
Perlu pula kita maklumi bahwa barangsiapa berniat mengerjakan suatu amalan yang
bersangkutan dengan ketaatan kepada Allah ia mendapatkan pahala. Demikian pula jikalau
seseorang itu berniat hendak melakukan sesuatu yang baik, tetapi tidak jadi dilakukan, maka
dalam hal ini orang itupun tetap juga menerima pahala. Ini berdasarkan Hadis yang berbunyi:
"Niat seseorang itu lebih baik daripada amalannya."
Maksudnya: Berniatkan sesuatu yang tidak jadi dilakukan sebab adanya halangan yang
tidak dapat dihindarkan itu adalah lebih baik daripada sesuatu kelakuan yang benar-benar
dilaksanakan, tetapi tanpa disertai niat apa-apa.
Hanya saja dalam menetapkan wajibnya niat atau tidaknya,agar amalan itu menjadi
sah, maka ada perselisihan pendapat para imam mujtahidin. Imam-imam Syafi'i,Maliki dan
Hanbali mewaibkan niat itu dalam segala amalan, baik yang berupa wasilah yakni
perantaraan seperti wudhu', tayammum dan mandi wajib, atau dalam amalan yang berupa
maqshad (tujuan) seperti shalat, puasa, zakat, haji dan umrah. Tetapi imam Hanafi hanya
mewajibkan adanya niat itu dalam amalan yang berupa maqshad atau tujuan saja sedang
dalam amalan yang berupa wasilah atau perantaraan tidak diwajibkan dan sudah dianggap
sah.
Adapun dalam amalan yang berdiri sendiri, maka semua imam mujtahidin
sependapat tidak perlunya niat itu, misalnya dalam membaca al-Quran, menghilangkan najis
dan lain-lain.
Selanjutnya dalam amalan yang hukumnya mubah atau jawaz (yakni yang boleh
dilakukan dan boleh pula tidak), seperti makan-minum, maka jika disertai niat agar kuat
beribadat serta bertaqwa kepada Allah atau agar kuat bekerja untuk bekal dalam melakukan
ibadat bagi dirinya sendiri dan keluarganya, tentulah amalan tersebut mendapat pahala,
sedangkan kalau tidak disertai niat apa-apa, misalnya hanya supaya kenyang saja, maka
kosonglah pahalanya.




 Dari Ummul mu'minin yaitu ibunya - sebenarnya adalah bibinya - Abdullah yakni
Aisyah radhiallahu 'anha, berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada sepasukan tentera yang hendak memerangi - menghancurkan - Ka'bah,
kemudian setelah mereka berada di suatu padang dari tanah lapang lalu dibenamkan-dalam
tanah tadi -dengan yang pertama sampai yang terakhir dari mereka semuanya."
Aisyah bertanya: "Saya berkata, wahai Rasulullah, bagaimanakah semuanya
dibenamkan dari yang pertama sampai yang terakhir, sedang di antara mereka itu ada yang
ahli pasaran - maksudnya para pedagang - serta ada pula orang yang tidak termasuk
golongan mereka tadi - yakni tidak berniat ikut menggempur Ka'bah?"
Rasulullah s.a.w. menjawab: "Ya, semuanya dibenamkan dari yang pertama sampai
yang terakhir, kemudian nantinya mereka itu akan diba'ats - dibangkitkan dari masingmasing
kuburnya - sesuai niat-niatnya sendiri - untuk diterapi dosa atau tidaknya.
Disepakati atas Hadis ini (Muttafaq 'alaih) - yakni disepakati keshahihannya oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim - Lafaz di atas adalah menurut Imam Bukhari.
Keterangan:
Sayidah Aisyah diberi gelar Ummul mu'minin, yakni ibunya sekalian orang mu'min
sebab beliau adalah isteri Rasulullah s.a.w., jadi sudah sepatutnya. Beliau juga diberi nama
ibu Abdullah oleh Nabi s.a.w., sebenarnya Abdullah itu bukan puteranya sendiri, tetapi
putera saudarinya yang bernama Asma'. Jadi dengan Sayidah Aisyah, Abdullah itu adalah
keponakannya. Adapun beliau ini sendiri tidak mempunyai seorang puterapun.
Dari uraian yang tersebut dalam Hadis ini, dapat diambil kesimpulan bahwa
seseorang yang shalih, jika berdiam di lingkungan suatu golongan yang selalu berkecimpung
dalam kemaksiatan dan kemungkaran, maka apabila Allah Ta'ala mendatangkan azab atau
siksa kepada kaum itu, orang shalih itupun pasti akan terkena pula. Jadi Hadis ini
mengingatkan kita semua agar jangan sekali-kali bergaul dengan kaum yang ahli
kemaksiatan, kemungkaran dan kezaliman.
Namun demikian perihal amal perbuatannya tentulah dinilai sesuai dengan niat yang
terkandung dalam hati orang yang melakukannya itu.
Mengenai gelar Ummul mu'minin itu bukan hanya khusus diberikan kepada Sayidah
Aisyah radhiallahu 'anha belaka, tetapi juga diberikan kepada para isteri Rasulullah s.a.w.
yang lain-lain.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, berkata: Nabi s.a.w. bersabda: "Tidak ada hijrah
setelah kemenangan  Makkah, tetapi yang ada ialah jihad dan niat. Maka dari itu, apabila engkau semua diminta untuk keluar - oleh imam untuk berjihad, - maka keluarlah – yakni
berangkatlah." (Muttafaq 'alaih)
Maknanya: Tiada hijrah lagi dari Makkah, sebab saat itu Makkah telah menjadi
perumahan atau Negara Islam.

Sabda Rasulullah s.a.w.: "Tidak ada hijrah setelah pembebasan - Makkah," oleh para alim-ulama dikatakan
bahwa mengenai hijrah dari daerah harb atau perang yang dikuasai oleh orang kafir ke Darul Islam, yakni
daerah yang dikuasai oleh orang-orang Islam adalah tetap ada sampai hari kiamat. Oleh sebab itu Hadis di atas
diberikan penakwilannya menjadi dua macam:
Pertama: Tiada hijrah setelah dibebaskannya Makkah, sebab sejak saat itu Makkah telah menjadi
sebagian dari Darul Islam atau Negara Islam, jadi tidak mungkin lagi akan terbayang tentang adanya hijrah setelah
itu.
Kedua: Inilah yang merupakan pendapat tershahih, yaitu yang diartikan bahwa hijrah yang dianggap
mulia yang diluntut, yang pengikutnya itu memperoleh keistimewaan yang nyata itu sudah terputus sejak
dibebaskannya Makkah dan sudah lampau pula untuk mereka yang ikut berhijrah sebelum dibebaskannya
Makkah itu, sebab dengan dibebaskan Makkah itu, Islam boleh dikata telah menjadi kokoh kuat dan perkasa,

Kamis, 09 Februari 2012

KESABARAN

Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma
bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada Rasulullah
s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan
beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah
habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda:
"Apa saja kebaikan - yakni harta - yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan
kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka
tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri - dari meminta-minta pada
orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa
dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa
yang berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang
dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya - daripada
karunia kesabaran itu." (Muttafaq 'alaih)


Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua
keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak
akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia
mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukur-|ah, maka hal itu adalah kebaikan
baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana - iapun
bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya." (Riwayat Muslim)


Dari Anas r.a. katanya: "Ketika Nabi s.a.w. sudah berat sakitnya, maka beliaupun
diliputi oleh kedukaan - kerana menghadapi sakratulmaut, kemudian Fathimah radhiallahu
'anha berkata: ''Aduhai kesukaran yang dihadapi ayahanda." Beliau s.a.w. lalu bersabda:
"Ayahmu tidak akan memperoleh kesukaran lagi sesudah hari ini."
Selanjutnya setelah beliau s.a.w. wafat, Fathimah berkata: "Aduhai ayahanda, beliau
telah memenuhi panggilan Tuhannya. Aduhai ayahanda, syurga Firdaus adalah tempat
kediamannya. Aduhai ayahanda, kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya."
Kemudian setelah beliau dikebumikan, Fathimah radhiallahuanha berkata pula: "Hai
Anas, mengapa hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam
Rasulullah s.a.w itu?"
Maksudnya: Melihat betapa besar kecintaan para sahabat kepada beliau s.a.w. itu
tentunya akan merasa tidak sampai hati mereka untuk menutupi makam Rasulullah s.a.w.
dengan tanah. Mendengar ucapan Fathimah radhiallahu 'anha ini, Anas r.a. diam belaka dan
tentunya dalam hati ia berkata: "Hati memang tidak sampai berbuat demikian, tetapi sudah
demikian itulah yang diperintahkan oleh beliau s.a.w. sendiri." (Riwayat Bukhari)

 Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui seorang wanita yang
sedang menangis di atas sebuah kubur. Beliau bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dan
bersabarlah!" Wanita itu berkata: "Ah, menjauhlah daripadaku, kerana Tuan tidak terkena
mushibah sebagaimana yang mengenai diriku dan Tuan tidak mengetahui mushibah apa
itu." Wanita tersebut diberitahu – oleh sahabat beliau s.a.w. - bahwa yang diajak bicara tadi
adalah Nabi s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi s.a.w. tetapi di mukanya itu tidak
didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu berkata: "Saya memang tidak mengenai
Tuan - maka itu maafkan pembicaraanku tadi." Kemudian beliau s.a.w. bersabda:
"Hanyasanya bersabar - yang sangat terpuji - itu ialah di kala mendadaknya kedatangan
mushibah yang pertama." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Wanita itu menangisi anak kecilnya - yang mati."
Keterangan:
Maksud "Mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama," bukan berarti ketika
mendapatkan mushibah yang pertama kali dialami sejak hidupnya, tetapi di saat baru
terkena mushibah itu ia bersabar, baik mushibah itu yang pertama kalinya atau keduanya,
ketiganya dan selanjutnya.
Jadi kalau sesudah sehari atau dua hari baru ia mengatakan: "Aku sekarang sudah
berhati sabar tertimpa mushibah yang kemarin itu," maka ini bukannya sabar pada pertama
kali, sebab sudah terlambat.



CERITA HIKMAH DARI KESABARAN

 Dari Shuhaib r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dahulu ada seorang raja
dari golongan ummat yang sebelum engkau semua, ia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah
penyihir itu tua, ia berkata kepada raja: "Sesungguhnya saya ini telah tua, maka itu
kirimkanlah padaku seorang anak yang akan saya beri pelajaran ilmu sihir."
Kemudian raja itu mengirimkan padanya seorang anak untuk diajarinya. Anak ini di
tengah perjalanannya apabila seseorang rahib -pendeta Nasrani - berjalan di situ, iapun
duduklah padanya dan mendengarkan ucapan-ucapannya. Apabila ia telah datang di
tempat penyihir - yakni dari pelajarannya, iapun melalui tempat rahib tadi dan terus duduk
di situ - untuk mendengarkan ajaran-ajaranTuhan yang disampaikan olehnya. Selanjutnya
apabila dating di tempat penyihir, iapun dipukul olehnya - kerana kelambatandatangnya.
Hal yang sedemikian itu diadukan oleh anak itu kepada rahib, lalu rahib berkata: "Jikalau
engkau takut pada penyihir itu, katakanlah bahwa engkau ditahan oleh keluargamu dan
jikalau engkau takut pada keluargamu, maka katakanlah bahwa engkau ditahan oleh
penyihir."
Pada suatu ketika di waktu ia dalam keadaan yang sedemikian itu, lalu tibalah ia di
suatu tempat dan di situ ada seekor binatang yang besar dan menghalang-halangi orang
banyak - untuk berlalu di jalanan itu. Anak itu lalu berkata: "Pada hari ini saya akan
mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik?" Iapun
lalu mengambil sebuah batu kemudian berkata: "Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih
dicintai di sisiMu daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orangorang
banyak dapat berlalu." Selanjutnya binatang itu dilemparnya dengan batu tadi,
kemudian dibunuhnya dan orang-orang pun berlalulah. Ia lalu mendatangi rahib dan
memberitahukan hal tersebut. Rahib itupun berkata: "Hai anakku, engkau sekarang adalah
lebih mulia daripadaku sendiri. Keadaanmu sudah sampai di suatu tingkat yang saya sendiri
dapat memakluminya.Sesungguhnya engkau akan terkena cobaan, maka jikalau engkau
terkena cobaan itu, janganlah menunjuk kepadaku."
Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat
mengobati orang banyak dari segala macam penyakit. Hal itu didengar oleh kawan seduduk
- yakni sahabat karib - raja yang telah menjadi buta. Ia datang pada anak itu dengan
membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya, kemudian berkata: "Apa saja yang ada
di sisimu ini adalah menjadi milikmu, apabila engkau dapat menyembuhkan aku." Anak itu
berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, hanyasanya Allah Ta'ala
yang dapat menyembuhkannya. Maka jikalau Tuan suka beriman kepada Allah Ta'ala, saya
akan berdoa kepada Allah, semoga Dia suka menyembuhkan Tuan. Kawan raja itu lalu
beriman kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja
terus duduk di dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian
bertanya: "Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?" Maksudnya: Siapakah yang
menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: "Tuhanku." Raja bertanya: "Adakah
engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan
Tuhanmu adalah Allah." Kawannya itu lalu ditindak oleh raja tadi dan terus-menerus
diberikan siksaan padanya, sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang
menyebabkan kesembuhannya. Anak itupun didatangkan. Raja berkata padanya: "Hai anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang buta dan
yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat pula melakukan itu."
Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seseorangpun,
hanyasanya Allah Ta'ala jualah yang menyembuhkannya." Anak itupun ditindaknya, dan
terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga ia menunjuk kepada pendeta.
Pendetapun didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!"
Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja dan patungpatung.
Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja meminta supaya diberi gergaji,
kemudian diletakkanlah gergaji itu di tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga
jatuhlah kedua belahan kepala tersebut. Selanjutnya didatangkan pula kawan seduduk raja
dahulu itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Iapun enggan
menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pulalah gergaji itu di tengah kepalanya lalu
dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya itu. Seterusnya didatangkan pulalah anak
itu. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu." lapun menolak ajakannya.
Kemudian anak itu diberikan kepada sekeIompok sahabatnya lalu berkata: "Pergilah
membawa anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah dengannya ke gunung itu. Jikalau engkau
semua telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari agamanya, bolehlah
engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu." Sahabatsahabatnya
itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya
Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung
itupun bergerak keras dan orang-orang itu jatuhlah semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju
ke tempat raja. Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab:
"Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan
kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata: "Pergilah dengan
membawa anak ini daiam sebuah tongkang dan berlayarlah sampai di tengah lautan. Jikalau
ia kembali dari agamanya - maka lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ke
lautan itu." Orang-orang bersama-sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah,
lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu
terbalik, maka tenggelamlah semuanya. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja. Rajapun
berkatalah: "Apakah yang dikerjakan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala
telah melepaskan aku dari tindakan mereka." Selanjutnya ia berkata pula pada raja: "Tuan
tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka melakukan apa yang kuperintahkan." Raja
bertanya: "Apakah itu?" Ia menjawab: "Tuan kumpulkan semua orang di lapangan menjadi
satu dan Tuan salibkan saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari
tempat panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah:
"Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus lemparkanlah anak panah itu. Sesungguhnya
apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku."
Raja mengumpulkan semua orang di suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada
sebatang pohon, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu
meletakkan anak panah di busur, terus mengucapkan: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini."
Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak tersebut. Anak itu
meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal dunia.
Orang-orang yang berkumpul itu sama berkata: "Kita semua beriman kepada
Tuhannya anak ini." Raja didatangi dan kepadanya dikatakan: "Adakah Tuan mengetahui
apa yang selama ini Tuan takutkan? Benar-benar, demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu
telah tiba - yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya. Orang-orang semuanya telah
beriman."
Raja memerintahkan supaya orang-orang itu digiring di celah-celah bumi - yang
bertebing dua kanan-kiri - yaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelahkan dan
dinyalakan api di situ, Ia berkata: "Barangsiapa yang tidak kembali dari agamanya, maka
lemparkanlah ke dalam celah-celah itu," atau dikatakan: "Supaya melemparkan dirinya
sendiri ke dalamnya." Orang banyak melakukan yang sedemikian itu - sebab tidak ingin
kembali menjadi kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan
membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke dalamnya.
Bayinya itu lalu berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, kerana sesungguhnya ibu adalah
menetapi atas kebenaran." (Riwayat Muslim)
Dzirwatul jabal artinya puncaknya gunung. Ini boleh dibaca dengan kasrahnya dzal
mu'jamah atau dhammahnya. Alqurquur dengan didhammahkannya kedua qafnya, adalah
suatu macam dari golongan perahu. Ashsha'id di sini artinya bumi yang menonjol (bukit).
Alukhduud ialah beberapa belahan di bumi seperti sungai kecil. Adhrama artinya
menyalakan. Inkafa-at artinya berubah. Taqaa-'asat, artinya terhenti atau tidak berani maju
dan pula merasa ketakutan.

Minggu, 05 Februari 2012

hakikat kesabaran

Dari 'Atha' bin Abu Rabah, katanya: "Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma mengatakan
padaku: "Apakah engkau suka saya tunjukkan seorang wanita yang tergolong ahli syurga?"
Saya berkata: "Baiklah." Ia berkata lagi: "Wanita hitam itu pernah datang kepada Nabi s.a.w.
lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini terserang oleh penyakit ayan dan oleh sebab itu lalu
saya membuka aurat tubuhku. Oleh kerananya haraplah engkau mendoakan untuk saya
kepada Allah - agar saya sembuh." Beliau s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau suka hendaklah
bersabar saja dan untukmu adalah surga, tetapi jikalau engkau suka maka saya akan
mendoakan untukmu kepada Allah Ta'ala agar penyakitmu itu disembuhkan olehNYA."
Wanita itu lalu berkata: "Saya bersabar," lalu katanya pula: "Sesungguhnya kerana penyakit
itu, saya membuka aurat tubuh saya. Kalau begitu sudilah engkau mendoakan saja untuk saya
kepada Allah agar saya tidak sampai membuka aurat tubuh itu." Nabi s.a.w. lalu mendoakan
untuknya - sebagaimana yang dikehendakinya itu." (Muttafaq 'alaih)

Kesakitan apapun yang diderita oleh seseorang mu'min, ataupun bencana dalam
bentuk bagaimana yang ditemui olehnya itu dapat membersihkan dosa-dosanya dan
berpahalalah ia dalam keadaan seperti itu, tetap bersabar dan tabah. Sebaliknya jikalau tidak
sabar dan uring-uringan serta mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, maka bukan pahala
yang didapatkan, tetapi makin menambah besarnya dosa. Oleh sebab itu jikalau kita tertimpa
oleh kesakitan atau malapetaka, jangan sampai malahan melenyapkan pahala yang
semestinya kita peroleh.


Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tidak suatupun yang mengenai seseorang muslim - sebagai mushibah - baik dari
kelelahan, tidak pula sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang
akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti - yakni
sesuatu yang tidak mencocoki kehendak hatinya ataupun kesedihan - segala macam dan
segala waktunya, sampaipun sebuah duri yang masuk dalam anggota tubuhnya, melainkan
Allah menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang mengenainya yakni
sesuai dengan mushibah yang diperolehnya- itu." (Muttafaq 'alaih)

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharap-harapkan tibanya kematian
dengan sebab adanya sesuatu bahaya yang mengenainya. Tetapi jikalau ia terpaksa harus
berbuat demikian maka hendaklah mengatakan: "Ya Allah, tetapkanlah aku hidup selama
kehidupanku itu masih merupakan kebaikan untukku dan matikanlah aku apabila kematian
itu merupakan kebaikan untukku." (Muttafaq 'alaih)

so,, belajarLah untuk bersabarlah, karna untuk meningkatkan derajat yang luhur di sisiNYA....
mudah-mudahan derjat kita di tingkatkan di sisi Allah SWT. Amiiiin.........:)

melembrehkan pakaian

Dari abu said al-khudry r.a bahwa rosulullah beersabda :
"Cara bersarungnya seseorang Muslim itu ialah sampai pertengahan betis dan tidak ada halangan serta tidak ada dosa untuk bersarung di antara pertengahan betis itu sampai kepada kedua matakaki. Apa yang ada di bagian bawah dari kedua matakaki, maka itulah yang akan dimasukkan dalam neraka.Juga barangsiapa yang menarik - yakni melemberehkan sarungnya sampai menyentuh tanah - dengan maksud kesombongan, maksud kesombongan, maka ia tidak akan dilihat oleh Allah -dengan pandangan keridhaan dan kerahmatan."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya berjalan melalui Rasulullah s.a.w. dan sarungku ada yang menge- lembereh, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Hai Abdullah, angkatlah sarungmu itu!" kemudian saya mengangkatnya. Kemudian beliau bersabda lagi: "Tambahkanlah - mengangkatnya!" Lalu saya me- nambahkannya. Maka tidak henti-hentinya saya membenarkan letaknya sesudah itu." Sebagian orang-orang sama berkata: "Sampai di manakah mengangkatnya?" Ibnu Umar menjawab: "Sampai pada pertengahan kedua betis." (Riwayat Muslim)
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapayang menarik pakaiannya - yakni melemberehkannya - karena maksud kesombongan, maka Allah tidak akan melihatnya - dengan pandangan keridhaan dan kerahmatan - padanya pada hari kiamat." Ummu Salamah bertanya: "Bagaimanakah kaum wanita berbuat dengan ujung pakaiannya," maksudnya bahwa oleh sebab kaum wanita itu diperintah menutupi seluruh tubuhnya karena merupakan aurat, maka apakah melem-berehkan pakaian untuk kaum wanita itu juga berdosa? Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu kalau mereka melemberehkannya itu sejengkaI." la berkata: "Kalau begitu masih dapat terbuka kaki mereka itu." Beliau s.a.w. bersabda; "Bolehlah melemberehkannya sampai se-hasta dan jangan menambahkan lagi."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

RIYADUS SHOLIHIIN

Dari Qais bin Bisyr at-Taghlibi, katanya: "Saya diberitahu oleh ayahku dan ia adalah kawan erat pada Abuddarda', katanya: "Di Damsyik ada seorang lelaki dari golongan para sahabat Nabi s.a.w. yang bernama Ibnul Handhaliyah. Ia adalah seorang yang suka menyendiri dan jarang sekali duduk-duduk bersama dengan orang-orang banyak. Hanyasanya kerjanya ialah bersembahyang dan jikalau selesai, maka kerjanya lagi hanyalah bertasbih dan bertakbir, sehingga ia mendatangi tempat keluarganya lagi. Pada suatu ketika ia berjalan melalui kita dan kita di saat itu berada di tempat Abuddarda', kemudian Abuddarda' berkata padanya: "Berikanlah kepada kita sesuatu uraian yang dapat memberikan kemanfaatan kepada kita dan tidak pula menyebabkan bahaya bagi anda."Orang itu lalu berkata: "Pada suatu ketika Rasulullah s.a.w. mengirimkan sepasukan tentera, lalu datang. Ada seorang lelaki yang termasuk juga dalam kalangan pasukan tadi datang terus duduk di tempat duduk yang diduduki oleh Rasulullah s.a.w. kemudian orang itu berkata kepada orang yang ada di dekatnya: "Andaikata anda mengetahui keadaan ketika kita bertemu muka, yakni kita semua dan musuh, maka ada seseorang yang menyerang musuhnya lalu menusuknya. Kemudian orang itu berkata: "Ambillah ini daripada-ku. Saya adalah anak keturunan al-Ghifari." Bagaimanakah pendapat anda dalam hal ucapannya itu?" Orang yang ada di dekatnya itu menjawab: "Saya tidak mempunyai pendapat lain, kecuali bahwa pahala orang itu sudah batal - yakni musnah karena kesombongannya dengan ucapannya tadi. Ada orang lain yang juga mendengarkannya lalu ia berkata: "Saya tidak menganggap bahwa ada sesuatu yang tidak baik karena adanya ucapannya yang sedemikian tadi." Kedua orang - yakni yang berpendapat bahwa orang yang membunuh itu lenyap pahalanya dan yang mengatakan tidak apa-apa - saling bertengkar faham, sehingga Rasulullah s.a.w. mendengar persoalan tadi, kemudian bersabda: "Maha Suci Allah! Tidak ada halangannya jikalau ia diberi pahala dan dipuji." Saya - Bisyr -melihat pada Abuddarda' dan ia merasa gembira dengan keterangan orang tersebut - yakni Ibnul Handhaliyah. Abuddarda' lalu meng-angkat kepalanya melihat orang itu dan bertanya: "Anda mendengar sendirikah yang sedemikian itu dari Rasulullah s.a.w.?" la menjawab: "Ya." Abuddarda' mengulang-ulangi kata-katanya itu, sehingga saya pasti akan berkata: "Hendaklah ia duduk saja pada kedua lututnya." Bisyr - ayah Qais yang meriwayatkan Hadis inr - berkata: "Ibnul Hanzhalah lalu berjalan melalui kita lagi pada suatu hari yang lain. Abuddarda' berkata padanya: "Sudilah kiranya anda memberikan kepada kita suatu uraian yang dapat memberikan kemanfaatan kepada kita dan tidak menyebabkan bahaya kepada anda." Orang itu berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada kita: "Orang yang memberikan perbelanjaan kepada kuda - untuk perang yaitu dengan jalan menggembalanya, memberi minurn, makan dan segala yang diperlukan dalam perawatannya - adalah sebagai orang yang membeberkan tangannya dengan mengeluarkan sedekah tanpa menggenggamnya samasekali." Selanjutnya pada hari yang lain lagi orang itu berjalan pula melalui kita, lalu Abuddarda' berkata padanya: "Sudilah kiranya anda menguraikan suatu uraian yang dapat memberikan kemanfaatan kepada kita dan tidak pula
membahayakan anda." Orang itu berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda; "Sebaik-baik orang lelaki ialah Khuraim al-Usaidi, andaikata tidak panjang rambut kepalanya dan tidak pula melemberehkan sarungnya." Sabda beliau s.a.w. sampailah pada Khuraim, lalu cepat-cepat ia mengambil pisau kemudian ia memotong rambut kepalanya dengan pisau tadi sampai pada kedua telinganya serta mengangkat sarungnya sampai di pertengahan kedua betisnya. Pada suatu hari yang lain lagi orang itu berjalan melalui kita pula, lalu Abuddarda' berkata padanya: "Sudilah kiranya anda memberikan sebuah uraian kepada kita yang dapat memberikan kemanfaatan kepada kita dan tidak pula membahayakan anda." Orang itu berkata: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya engkau semua itu akan mendatangi saudara-saudaramu - yakni sesama kaum mu'minin - maka perbaguskanlah kendaraan-kendaraanmu serta perbaguskan pulalah pakaian-pakaianmu, sehingga engkau semua itu merupakan seolah-olah sebagai tahi lalat - yakni menonjol tentang   keindahan  tubuh  dan   pakaiannya  -  di   kalangan   para manusia, karena sesungguhnya Allah itu tidak menyukai kepada keburukan-baik dalam ucapan, pakaianmu.kelakuan dan Iain-Iain-juga tidak menyukai sesuatu yang sengaja dimaksudkan untuk mengakibatkan keburukan."

TARIKH

Bab I
Mulai di gedung Yerusalem dan Masjid Aqsha
Al-Bukhari dan rahmat Allah senang dengan dia dalam Shahih-nya dari Abu Dzar, semoga Allah senang dengan dia, ia berkata: "Ya Rasulullah: pengembangan sebuah masjid di tanah pertama. Dia mengatakan,) Masjidilharam (aku berkata: Lalu apa Said:?) Masjid Al-Aqsa (Aku berkata:? Berapa banyak di antara mereka ada Said:


Bab II
Pada awal perkubuan ke Yerusalem
Dan kebajikan anak-anaknya dan Osirajh dan di mana memasuki rumah tempat masjid suci dan masukkan Etienne Betlehem disukai dan berdoa untuk berkat-berkat keberuntungan Allah berkata: Ya Rasulullah berkata: Beritahukan kami di Yerusalem. Dia mengatakan,) yang Manshar tanah dan pengumpulan Aitoh berpisah ketika doa di mana seribu doa (Dia berkata, "Bagaimana kalau dia tidak mengatakan beruang kepadanya dan natah berkata:) Vlahd ke Zeta-pelana di Guenadelh itu mengarah kepadanya, itu adalah orang-orang yang berdoa (HR. al-Qazwini dari pintu Asiraj Rumah Alkitab.
Dan pada tumit ra dengan dia: Setelah selesai dengan Salomo untuk membangun Yerusalem menempatkan Ekaristi dalam masjid yang luas dan kemudian di atas batu dan kemudian mengatakan setelah pujian dan Hamad: Oh Tuhan, saya meminta Anda untuk mereka yang memasuki lima kualitas masjid: yang tidak masuk Atmayor tidak bersalah kecuali untuk mencari pertobatan untuk menerima bertobat dari itu dan dia dan memaafkannya tidak masuk Atmayor takut tidak hanya untuk permintaan

Bab III
Keutamaan doa di Yerusalem
Keutamaan haji dan doa di sebuah masjid di kota dan Masjid Al-Aqsa dalam satu meriwayatkan dari Abdullah bin 'Umar berkata: Saya mendengar Rasulullah saw berkata:) doa di Yerusalem adalah lebih baik dari Kawat doa ribu saja di Masjidil Haram dan masjid ini ( .
Abu Aldrade ra dengan dia dari perdamaian Nabi saw berkata:) berdoa di Masjidil Haram lebih memilih doa-doa yang lain seratus ribu di masjid-masjid dari seribu shalat di masjid Yerusalem lima ratus shalat (.
Dalam wawancara yang lain dari Abu Muhajir ra dengan dia berkata: Rasulullah saw:) untuk perdamaian di Yerusalem segala dosa-dosanya diampuni (.
Anas bin Malik, semoga Allah senang dengan dia berkata: Rasulullah saw:) doa manusia di rumahnya, berdoa dan Salute di sebuah masjid di dua puluh lima kali suku doa dan Salute di masjid, yang menggabungkan lima ratus doa dan Salute di Masjid Al-Aqsa, lima puluh ribu doa dan Hormat kepada Masjid Agung ratus Sebuah Doa (.

Bab IV
Keutamaan ihram dari Yerusalem
Efek dari
Dari Ummu Salamah, semoga Allah senang dengan dia: Rasulullah saw:.) Untuk orang dengan dalih atau umrah dari Masjid Aqsha ke Masjidil Haram akan diampuni dosa-dosanya masa lalu dan masa depan dan menjadi surga wajib (Dalam novel itu berkata: Rasulullah atasnya:) dari kampus rumah ibadah haji suci atau 'umrah keluar dari dosa-dosanya, hari ibunya melahirkan dia (Dalam novel:.) Allah mengampuni akan diampuni dan delay () HR. Abu Dawud dan al-Qazwini (.
Dan ibu yang bijaksana: orang-orang Yerusalem dari umrah yang diubah invasi kesepuluh dengan Rasulullah saw.
Dan Jaber bin Abdullah ra dengan dia bahwa seorang pria berkata: Wahai Rasulullah


Bab V
Amal kebajikan, berpuasa di Tanah Suci
Bulan musim
Hasan al-Bashri berkata: Ini adalah luar biasa dalam penebusan Dirham Yerusalem api itu luar biasa, dan terutama untuk alasan keagamaan adalah pegunungan yang luar biasa dari bumi seperti emas. Dan pesawat tempur berkata: Barangsiapa berpuasa satu hari di Yerusalem telah paten dari api. Saddi kata rahmat Allah: Elias dan sayuran Asoman bulan Ramadan di Yerusalem dan musim Ioavian setiap tahun.

Bab VI
Untuk menyebutkan batu dan mereka dari surga
Untuk itu Omar Rafie Muzani ra dengan dia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkata:) Rock Paradise (.
Dan Ali bin Abi Thalib, ra dengan dia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkata:) Mr Bekaa Yerusalem (.
Ibnu 'Abbas, semoga Allah senang dengan dia berkata: batu Yerusalem dari batu surga. Dan pada tumit dunia Ka'bah Bazas pulang di langit ketujuh, yang malaikat Thjh jika ia jatuh ke batu dan menandatangani Ka'bah dan surga dari langit ketujuh Yerusalem Bazas terjadi jika Muhanna batu dampak di atas batu.
Dan Dahab berkata: Allah berfirman: (Komite Rumah Rock dan Alkitab Anda dan Anda menembak penalti dan hukuman diberkati untuk Zark).
Ibadah Diam dan Ben berkata: Rasulullah saw:) batu Yerusalem pada Palm, Palm Sungai dari sungai-sungai di surga, dan di bawah istri di Asia Palm Firaun dan Maryam Omran gadis Smuta untuk mengatur penghuni surga sampai Hari Kebangkitan