Welcome Myspace Comments

Kamis, 09 Februari 2012

KESABARAN

Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma
bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada Rasulullah
s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan
beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah
habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda:
"Apa saja kebaikan - yakni harta - yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan
kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka
tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri - dari meminta-minta pada
orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa
dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa
yang berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang
dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya - daripada
karunia kesabaran itu." (Muttafaq 'alaih)


Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua
keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak
akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia
mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukur-|ah, maka hal itu adalah kebaikan
baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana - iapun
bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya." (Riwayat Muslim)


Dari Anas r.a. katanya: "Ketika Nabi s.a.w. sudah berat sakitnya, maka beliaupun
diliputi oleh kedukaan - kerana menghadapi sakratulmaut, kemudian Fathimah radhiallahu
'anha berkata: ''Aduhai kesukaran yang dihadapi ayahanda." Beliau s.a.w. lalu bersabda:
"Ayahmu tidak akan memperoleh kesukaran lagi sesudah hari ini."
Selanjutnya setelah beliau s.a.w. wafat, Fathimah berkata: "Aduhai ayahanda, beliau
telah memenuhi panggilan Tuhannya. Aduhai ayahanda, syurga Firdaus adalah tempat
kediamannya. Aduhai ayahanda, kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya."
Kemudian setelah beliau dikebumikan, Fathimah radhiallahuanha berkata pula: "Hai
Anas, mengapa hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam
Rasulullah s.a.w itu?"
Maksudnya: Melihat betapa besar kecintaan para sahabat kepada beliau s.a.w. itu
tentunya akan merasa tidak sampai hati mereka untuk menutupi makam Rasulullah s.a.w.
dengan tanah. Mendengar ucapan Fathimah radhiallahu 'anha ini, Anas r.a. diam belaka dan
tentunya dalam hati ia berkata: "Hati memang tidak sampai berbuat demikian, tetapi sudah
demikian itulah yang diperintahkan oleh beliau s.a.w. sendiri." (Riwayat Bukhari)

 Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui seorang wanita yang
sedang menangis di atas sebuah kubur. Beliau bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dan
bersabarlah!" Wanita itu berkata: "Ah, menjauhlah daripadaku, kerana Tuan tidak terkena
mushibah sebagaimana yang mengenai diriku dan Tuan tidak mengetahui mushibah apa
itu." Wanita tersebut diberitahu – oleh sahabat beliau s.a.w. - bahwa yang diajak bicara tadi
adalah Nabi s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi s.a.w. tetapi di mukanya itu tidak
didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu berkata: "Saya memang tidak mengenai
Tuan - maka itu maafkan pembicaraanku tadi." Kemudian beliau s.a.w. bersabda:
"Hanyasanya bersabar - yang sangat terpuji - itu ialah di kala mendadaknya kedatangan
mushibah yang pertama." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Wanita itu menangisi anak kecilnya - yang mati."
Keterangan:
Maksud "Mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama," bukan berarti ketika
mendapatkan mushibah yang pertama kali dialami sejak hidupnya, tetapi di saat baru
terkena mushibah itu ia bersabar, baik mushibah itu yang pertama kalinya atau keduanya,
ketiganya dan selanjutnya.
Jadi kalau sesudah sehari atau dua hari baru ia mengatakan: "Aku sekarang sudah
berhati sabar tertimpa mushibah yang kemarin itu," maka ini bukannya sabar pada pertama
kali, sebab sudah terlambat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar